(iainfmpapua.ac.id) – Program Magister Pendidikan agama Islam Multi Kultur (PAI) Pascasarjana (PPs) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua menggelar Webinar Nasional ‘Deradikalisasi Pendidikan karakter di Era Kurikulum Merdeka’ secara virtual, 3 Mei 2023.
Webinar Nasional ini menghadirkan Dr. Mujib Ridwan, S.Ag., M.A, M.Si (Rektor IAI Al Hikmah Tuban) dan Prof. Dr. Irfan Idris, M.A (Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme). Dalam paparannya, Dr. Mujib menyimpulkan bahwa pelajar dituntut untuk memiliki kompetensi global sesuai tujuan merdeka belajar berdasarkan Permendikbud nomor 22 tahun 2020. “Serta berprilaku sesuai nilai-nilai Pancasila, dalam konteks ini yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa, beraklah mulia, mandiri, gotong royong, bernalar kritis dan berkebhenekaan global,” tuturnya. Menurutnya, tujuan merdeka belajar tersebut guna mendukung program pemerintah untuk meminimalisir adanya bibit-bibit radikal sejak dini. “Sehingga ditanamkan nilai-nilai Pancasila dan kebhinekaan global agar tidak memiliki karakter yang menyimpang,” imbuhnya.
Dr. Mujib juga menyampaikan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi radikal. “Berawal dari pengaruh orang yang ditokohkan, teman, keluarga, teks bacaan kemudian pemikirannya diserap dengan cara pandang yang keliru dan menganggap itu hal yang paling benar,” ujarnya. Hal tersebut menggeser pola pikir orang yang tadinya soft menjadi radikal. “Adapun alur perubahan sikap seseorang dari soft menjadi radikal kemudian deradikal diawali dari ketika seseorang menerima informasi kemudian bersedia untuk dipengaruhi oleh yang memberi informasi,” jelasnya. Selanjutnya, ketika seseorang melihat dan mendengar suatu informasi kemudian diidentifikasi oleh pancaindranya apakah diterima atau ditolak. “Jika informasi tersebut ditolak maka tidak ada lanjutan namun jika menerima maka akan melahirkan satu gagasan yang menyuarakan terkait gagasan yang menyimpang dan keliru, yang dikenal dengan proses internalisasi sehingga menimbulkan suatu tindakan yang radikal,” paparnya.
Sementari itu, Prof. Irfan menerangkan deradikalisasi sebagai upaya pencegahan tindakan terorisme. “Deradikalisasi merupakan proses untuk merubah dari yang radikal menjadi moderat, sebuah proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan, terpadu, dan berkelanjutan untuk merubah pemikiran yang negatif menjadi positif,” terangnya. Sedangkan terorisme merupakan perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal. “Dengan menggunakan proses deradikalisasi untuk menghindari sifat intoleran dan tindakan-tindakan ekstrem menjadi moderat sudah bisa menerapkan pendidikan karakter untuk membentuk kampus merdeka,” jelasnya.
Direktur PPs IAIN Fattahul Muluk Papua Dr. Faisal, M.HI menyebutkan bahwa webinar ini dapat memberikan wawasan untuk mencegah bibit-bibit radikalisme dari aspek pemikiran, yang menyangkut hubungan karakter. “Dan penerapan nilai-nilai Pancasila yang dapat menjadi media untuk menanggulangi tindakan radikalisme,” tuturnya. Faisal juga berharap webinar ini dapat meningkatkan pengetahuan termasuk aspek kompetensi dalam pendidikan kepada para mahasiswa Program Pascasarjana. Webinar bersama moderator Siti Mustami, S.Pd ini disambung dengan diskusi oleh mahasiswa PPs di lingkungan IAIN Fattahul Muluk Papua. (Za/Is/Zul/Her/Ran)